Blitar

Bayi Laki-laki Ditinggal Kabur Orang Tuanya

Diterbitkan

-

Bayi malang yang diduga ditinggal kabur orang tuanya, menjalani perawatan di RSIA Aminah Kota Blitar

Memontum Blitar–Penghuni Panti Asuhan Muhamadiyah Kota Blitar dan warga sekitar panti asuhan, dihebohkan dengan kedatangan bayi laki-laki yang tali pusarnya masih menempel di perutnya.  Bayi malang yang diperkirakan masih berumur sekitar 4 hari ini, dibawa ke Panti Asuhan Muhamadiyah Kota Blitar oleh pasangan suami istri Sugeng (43) dan Supriyatin (34), warga Desa Kaligambir, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Rabu (01/11/2017) sekitar pukul 16.30. Diduga bayi malang ini, ditinggal kabur orang tuanya,

 

 

Menurut pengakuan Supriyantin, bahwa  bayi laki-laki itu adalah anak teman suaminya yang biasa dipanggil Debleng. Dimana Debleng menitipkan bayi mungil tersebut ke rumahnya, Minggu (29/10/2017) lalu.

 

 

“Saat itu Debleng beralasan menitipkan bayinya, karena akan ditinggal membeli susu. Sedangkan berdasarkan pengakuan Debleng, jika ibu bayi ini sudah meninggal saat proses melahirkan”, kata Supriyantin saat dikonfirmasi, Kamis (02/11/2017).

 

 

Lebih lanjut Suprihatin menyampaikan, pagi itu dia masih repot mengurusi dua anaknya langsung mengiyakan saja, karena selama ini Debleng sudah sering datang ke rumahnya. Namun ditinggu sampai siang, ternyata Debleng tak kunjung datang. Selanjutnya Suprihatin menanyakan keberadaan Dableng kepada suaminya. Malam harinya Dableng menelpon dan mengatakan agar menitipkan anaknya ke panti asuhan.

 

 

“Selama ini, Dableng memang sering kesini. Tetapi saya dan suami tidak tahu nama asli apalagi alamatnya. Malamnya sempat menelpon agar anak ini dititipkan ke panti asuhan saja. Namun pas suami saya mau telpon balik nomer Dableng sudah tidak aktif”, ungkap Suprihatin kepada wartawan.

 

 

Tanpa berpikir panjang, Suprihatin bersama suaminya membawa bayi tersebut ke panti asuhan Muhammadiyah di jalan Ir Soekarno Kota Blitar. Karena mereka juga   memiliki 2 anak yang masih kecil-kecil.

 

 

“Selama sama saya, bayi ini ya dirawat, saya kasih susu, dan sebenarnya juga pingin mengasuh tapi kan kondisi saya repot kalau mengasuh. Soalnya kami masih punya 2 anak yang masih kecil-kecil”, jelasnya.

 

 

Kejadian tersebut dibenarkan staf panti asuhan Mohamadiyah, Nur Farida. Bahwa pasangan suami istri Sugeng  dan Suprihatin, datang untuk menitipkan bayi. Meskipun sebetulnya panti asuhan Mohamadiyah ini hanya menerima anak yatim piatu yang sudah besar atau anak yang sudah berusia SMP dan SMA yang sudah tak memiliki orang tua.  “Karena kami kasihan sama bayinya akhirnya kami menerima untuk diasuh sementara di sini,” ungkap Nur Farida.

 

 

Namun karena kondisi bayi lemah, dan pihak panti tidak punya prasarana untuk merawat bayi itu, akhirnya bayi malang tersebut dibawa ke RSIA Aminah Kota Blitar. Pihak panti asuhan dan Suprihatin juga sepakat untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi, agar nasib bayi malang itu jelas.

 

 

Sementara Kasatreskrim Polres Blitar Kota, AKP Heri Sugiono juga membenarkan adanya laporan tersebut. Namun karena lokasi kejadian di wilayah hukum Polres Blitar, maka kasus ini dilimpahkan ke Satreskrim Polres Blitar. “Saat ini posisi bayi masih dirawat di RSIA Aminah, kondisinya sehat. Tapi proses penyelidikan selanjutnya kami limpahkan ke Polres Blitar, karena lokasinya di Panggungrejo, masuk wilayah hukum Polres Bitar”, kata Heri Sugiono. (jar/yan)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Blitar

Puluhan Santriwati Ponpes di Blitar Diduga Keracunan Sajian Bakso

Diterbitkan

-

Oleh

Dari total 94 santriwati yang sakit, 23 diantaranya dibawa ke Puskesmas Nglegok untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut

Memontum Blitar – Puluhan santriwati pondok putri salah satu pesantren di Desa Jiwut, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar diduga mengalami keracunan. Bahkan, sebagian harus menjalani rawat inap di Puskesmas Nglegok.

Kepala Puskesmas Nglegok, Yudia Supradini mengatakan, total ada 94 santriwati yang diduga mengalami keracunan. Mereka mengalami gejala seperti mual, pusing hingga muntah.

“Pemicunya diduga karena makan bakso hari Jumat kemarin. Mereka kemarin sebagain ada yang puasa jadi mereka buka puasa bersama lalu makan bakso. Kemudian tadi pagi sekitar jam 06.00 mulai ada yang sakit perut,” kata Yudia Supradini, Sabtu (14/9/2019).

Lebih lanjut Yudia Supradini menyampaikan, pihak pondok pesantren sebelumnya menghubungi petugas Puskesmas Nglegok untuk memeriksa santriwati yang sakit. Kemudian setelah diperiksa dari total 94 santriwati yang sakit 23 diantaranya dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

“Pagi tadi kami dipanggil kesana untuk memeriksa santriwati yang sakit. Kemudian kami periksa lalu santriwati yang membutuhkan penanganan lebih lanjut kita bawa ke Puskesmas,” jelasnya.

Yudia menandaskan, saat ini 23 santriwati yang dirawat kondisinya sudah mulai membaik. (jar/yan)

 

Selanjutnya

Blitar

Dicairkan Pekerjaan Shelter Ditiadakan

Diterbitkan

-

Oleh

Dicairkan Pekerjaan Shelter Ditiadakan

Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (6/habis)

 

Memontum Blitar – Dr Nyono ST MT, Kepala Bidang Perhubungan Laut dan LLASDP Dishub Jatim pejabat yang bertanggung jawab atas pembangunan dermaga penyeberangan sungai Brantas yang menghubungkan Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Tulungagung , memang nekad ? Betapa tidak ! Bangunan Shelter salah satu item pembangunan dermaga dengan nilai Rp Rp 4.449 M ditiadakan.

Padahal dalam gambar perencanaan yang didesain PT Geanara Pratama Konsultan, jika proyek dermaga yang menghubungkan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar itu terdiri pekerjaaan utama dan pekerjaan penunjang.

Baca : Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (1/bersambung)

Pekerjaan itu diantaranya adalah dermaga penyeberangan, shelther dan lampu penerangan jalan. Namun nyatanya, hingga pekerjaan yang dilaksanakan hingga akhir Januari 2019 dan dicairkan secara penuh diserahkan ke Dishub Propinsi Jatim tanpa dilengkapi shelter.

Hasil investigasi menyebutkan , jika mengacu gambar perencanaan, sheltar sisi utara dan shelter sisi selatan yang berada di Desa Selokajang dan Desa Rejotangan tertera gambar desain shelter harus dibangun shelter ruang tunggu penumpang sebelum menyeberang.

Baca : Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (2/bersambung)

Nyatanya hingga proyek diserahkan ke Dishub Jatim akhir Januari 2019 tak tampak bangunan Shelter. Yudi, PNS staf Dishub Propinsi Jatim menyebut jika proyek shelter akan dibangun tahun mendatang.

Namun ketika didesak mengapa proyek shelter dibangun tahun depan, Yudi yang mengaku mendapat mandat dari PP Kom dan Dr Nyono ST MT, Kepala Bidang Perhubungan Laut dan LLASDP Dishub Jatim buru-buru meralat pernyataaanya. “ Sebentar telpnya jangan dimatikan, saya tak bertanya kepada Bapak dulu,” katanya.

Baca : Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (3/bersambung)

Setelah ditunggu beberapa saat, Rudi kembali mengontak lewat telepon kantor Dishub Jatim dan menjelaskan kembali mengapa pekerjaan shelter tidak dibangun. Menurut Rudi, pekerjaan shelter itu memang tidak dibangun karena alokasi biaya pembangunan shelter dialihkan untuk pengerukan.

Namun, lagi-lagi Rudi tidak bisa menjelasakan secara detail, ketika ditanya pengerukan yang mana ? Posisi dermaga sisi utara atau selatan. “ Pokoknya pekerjaan pengerukan di dermaga sana. Atau kalau memang kurang jelas silahkan konfimasi ke kantor Dishub,” tutupnya. (ari/yan)

 

Selanjutnya

Blitar

Bersandar Pengawasan Kejaksaan, Kualitas Pekerjaan Diabaikan

Diterbitkan

-

Oleh

Bersandar Pengawasan Kejaksaan, Kualitas Pekerjaan Diabaikan

Memontum Blitar – Merasa aman dengan pengawasan TP-4D (Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Pembangunan Daerah ) Kejaksaan Tingggi Jatim, PP Kom pembangunan dermaga penyeberangan sungai Brantas yang menghubungkan Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Tulungagung, merealisasikan pembangunan tanpa memperhatikan scedul.

Hal itu tampak pada papan nama proyek yang dipasang di lokasi kegiatan.

Ternyata pelaksaan kegiatan molor dari jadwal yang telah direncanakan. Dalam papan nama tertulis tanggal kontrak 18 September 2018 dengan waktu pelaksaaan 105 hari kerja.

Melihat jadwal waktu pelaksanaan, harusnya pekerjaan itu selesai 25 Desember 2018, tetapi nyatanya pekerjaan itu diselesaikan hingga akhir Januari 2019 atau molor 35 hari kerja.

Ketua LSM JCW Sigit Imam Basuki ST menyatakan harusnya keterlambatan itu tidak perlu terjadi. Mengapa begitu ? Karena proyek dermaga penyeberangan Kabupaten Blitar – Tulungagung itu membawa nama Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.

Baca : Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (1/bersambung)

Hal itu bisa dilihat dari papan nama proyek yang dibiayai APBD Jatim tahun 2018 dengan anggaran Rp 4.449 M. Dalam papan proyek itu disebutkan jika Proyek ini dalam pengawasan Tim TAPI-4D dengan sebelah kiri logo Kejaksaan dan sebelah kanan logo Propinsi Jatim.

” Dalam papan nama itu tertulis Proyek ini dalam pengawasan Tim TAPI-4D. Kami penuh tanya siapa tim TAPI-4D. Kan biasanya yang melakukan tim pengawasan tim TP-4D Kejaksaaan,” tutur .

Baca : Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (2/bersambung)

Terlepas dari molornya penyelesaian pekerjaan hingga 35 hari itu, Sigit juga menyebut jika ada beberapa pekerjaan yang perlu diinvestigasi guna mencocokan antara perencanaan dengan realisasi di lapangan.

Sigit yang juga seorang kontraktor ini menyebut jika proyek dermaga penyeberangan yang menghubungkan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar ini terdapat 2 item pekerjaan. Yakni pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang. Pekerjaan itu diantaranya adalah dermaga penyeberangan, shelther dan lampu penerangan jalan.

Baca : Membedah Proyek Dermaga Penyeberangan Sungai Tulungagung-Blitar (3/bersambung)

Betulkah item pekerjaan seperti yang disebut Ketua LSM JCW ? Dr Nyono ST MT, Kepala Bidang Perhubungan Laut dan LLASDP Dishub Jatim ketika dikonfirmasi tidak berada dikantor. ” Bapak tidak ada di tempat. Sedang dinas luar ,”kata wanita petugas piket Dishub Jatim. Rabu (13/2/2019).(ari/yan)

 

Selanjutnya

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas